Postingan

Skripsi dan Godaan Nikmat Kawula Muda

Gambar
Oleh : Afrizal Qosim Sholeh* Mimpi menjadi Mahasiswa, ketika menginjak kelas akhir Sekolah Menengah Atas, adalah hal yang maju. Segera direlakan beberapa waktu luangnya untuk belajar, bimbingan, sekedar supaya sanggup menyelesaikan soal-soal masuk Perguruan Tinggi, yang berlabel negeri, atawa favorit. Atau kalau tidak mau susah, tinggal kontak orang, kasih jimpitan berapa sepantasnya—kalau bisa di atas rata-rata orang memberi—lantas, namamu akan tertera pula dalam deretan calon mahasiswa kampus ini dan itu. Bukan lagi menjadi rahasia umum kan? Terus ga perlu ikut perkuliahan. Nanti tugas, laporan dan skripsi sudah ada dan tahu-tahu posting foto wisuda di akun medsosnya.    Diterima dan masuk ke Perguruan Tinggi merupakan sebuah prestasi yang menggemparkan, kegembiraan pun berimbas kepada orang tua. Setiap pagi, setelah membeli barang di pasar yang akan langgeng menjadi bahan obrolan, salah satunya ya mengenai kuliah alias menjadi mahasiswa. Misal ibu-ibu itu ...

Ngilmu Kalijaga; Kolaborasi Sholawat Hadrah dan Emprak

Gambar
Foto : deskgram.org          Malam yang lumayan dingin. Berkalut mendung dan semilir angin yang mondar-mandir. Meramaikan suguhan apik di panggung utama Festival Sunan Kalijaga. Lapangan utama yang terbuka itu, menjadi tempat terindah bagi mereka para penikmat cultural heritage Kanjeng Sunan Kalijaga. Para penikmat itu duduk bersila seraya melihat pagelaran musik Jawa dengan Arab yang berbalut selimut tradisi keislaman Nusantara.  Adalah kolaborasi pementasan Sholawat Hadrah dengan Sholawat Emprak, pada 14 April 2017 di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, yang  yang dinikmati oleh sekian banyak penonton yang, ternyata juga telah menjadi fenomena lumrah sekaligus menggugah. Berangkat dari signifikansi kebudayaan dalam realitas umat beragama di Indonesia, dengan mengakuisisi elementer kebudayaan dari manapun, sebab itu jangan mengherankan ihwal kegumunan masyarakat Jawa dengan dinamika perubahan zaman, bisa dikatakan hampir tidak ada. S...

Orientasi Desa Budaya Berbasis Permainan dan Kesenian Tradisional

Gambar
Foto : antiketomber.clear.id           Desa sebagai lingkungan bagi hunian masyarakat, memiliki kedigdayaan yang tak terkira dalam proses pembangunan karakter warganya. Nomenklatur desa yang bercirikan homogenitas, kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan dalam berprilaku berimplikasi kepada konsep hidup masyarakat desa yang bercirikan pandang kebahagiaan kolektif. Misal ada hajatan Kenduri, masing-masing keluarga akan dengan semangat membantu untuk mensukseskan acara kenduri itu. Entah itu menyumbang secara materiil, non materiil. Segalanya terstruktur dalam gerak timbal balik atas kebahagiaan bersama. Dinamika hidup yang dimiliki Desa, lebih menitik-beratkan pada nilai-nilai. Keagungan nilai yang diembang oleh Desa, dilandasi oleh keprihatinan keluarga satu dengan yang lain. Misal orang tua yang tidak jarang melarang anaknya bermain dengan anak dari orang tua si Anu, orang tua si Pulan, dan seterusnya. Cara pandang kebudayaan yang sempit itulah, men...

Mbah Munawwir, Barzanji dan Kasihnya kepada Santri

Gambar
Mbah Munawwir masyhur sebagai Ulama’ ahlul qur’an Besar Nusantara . Nama beliau tertulis abadi dengan tinta emas di hati para penghafal dan pecinta Al-Qur’an di Bumi Pertiwi ini. Sanad Al Qur’an di Nusantara, tidak bisa dilepaskan dari nama beliau. Cucu KH. Hasan Besari ini, dibesarkan dalam lingkungan agamis. Sedari kecil beliau diasuh langsung oleh ayahandanya KH. Abdullah Rosyad dengan pemantik semangat hadiah sebesar Rp. 2,50—apabila dalam seminggu Munawwir kecil dapat mengkhatamkan Al-Qur’an sekali. Begitu seterusnya, sampai beliau belajar ke Mbah Abdurrahman Watucongol, Mbah Sholeh Darat Semarang, Mbah Kholil Bangkalan Madura, Mbah Abdullah Kanggotan Bantul, hingga berguru dan Riyadhoh ke Makkah dan Madinah selama 21 tahun dan kembali ke Jawi , Yogyakarta tepatnya.   Menetap di Krapyak beliau mencoba menguri-uri  pengajaran Al-Qur’an, hingga pada tahun 1911 M beliau mendirikan Pondok Pesantren Al Munawwir. Santri perlahan-lahan mulai mendatangi beliau untu...

Ambivalensi Lensa

Gambar
Catatan untuk Intan Masruroh Suatu ketika kau bertamu ke tempat kos temanmu. Dia menawarimu menu minuman yang dia punya, “sebentar, aku akan buatkan untukmu minum, sekedar hanya penghangat suasana”, dalihnya. “Mau minum apa? Hmm. Tapi saya hanya punya kopi sachet”. Terjebak pertanyaan itu, kau sulit mengelak. “Ya sudah, tidak masalah”. “Tapi..”.   Kau tak perlu berusaha sedetail mungkin untuk sanggup menyuguhkan secangkir kopi sachet misalnya, kepada temanmu. Tak perlu harus berapa derajat kau mendidihkan airnya, tak perlu pula kau harus menyarankan putaran sendok ketika mengaduk, harus mengikuti arah jarum jam atau malah melawan arah jarum jam. Jelasnya, jawaban yang aku sodorkan tatkala menikmati jamuanmu tetaplah berbunyi “hm. enak”. Meskipun itu pseudo belaka. Sebab jika kau bersandar tegap kepada tujuan, itu bukanlah akhir. Jangan salah lihat. Apalagi  memandang kopinya, tapi pandanglah khidmahnya dalam menyuguhkannya kepadamu. Sejalan pula dengan bagaimana...

Mendaras Makna Keadilan dan Relevansi Peran Lembaga Perlidungan Saksi dan Korban

Gambar
Oleh: Afrizal Qosim Sholeh Keadilan. Sebagai syarat wajib Demokrasi, keadilan adalah ihwal yang sulit diabaikan. Pemimpin tidak bisa seenaknya memimpikan Demokrasi, dengan menafikan apa itu Keadilan. Mustahil. Berkaca pada sila kelima Falsafah Negara kita—Pancasila—yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, seluruh rakyat Indonesia berhak atas nikmat rasa adil. Dengan kata lain, nikmat rasa adil itu, sesungguhnya, telah ada, bahkan tertanam sejak kita terlahir di Bumi Pertiwi ini. Bolehlah kita berbangga, dalam Falsafah Negara termuat kata “keadilan”. Tapi nyatanya, keadilan sampai saat ini, menjadi tugas berat kita sebagai bangsa Indonesia. Layaknya impian yang masih jauh dari angan-angan. Lebih parah lagi, cita-cita luhur para leluhur bangsa itu, acapkali, oleh kita, hanya dijadikan sebatas penghias dinding-dinding kantor, sekolah, ataupun rumah kita. Dengan gambaran singkat itu, tidak banyak yang berasumsi atas konsep keadilan di Indonesia. Sebab keadila...

Menarasikan Hikmah Perbedaan Agama

Gambar
Oleh: Afrizal Qosim Sholeh Judul               : Keragaman dan Perbedaan; Budaya dan Agama dalam Lintas Sejarah Manusia Penulis             : Dr. Phil. Al Makin Tahun Terbit    : Maret 2016 Tebal Buku      : xii-288 Hlm. ISBN               : 978-602-1326-48-0 Penerbit           : SUKA-Press Agama secara kompleks diartikan lebih dari sekedar keyakinan eskatologis semata. Lebih dari ritus-ritus ibadah belaka. Melainkan sampai pada ritus sosial, politik , bahkan konteks berbangsa dan bernegara , tentu dengan warna spiritualitas yang bervariasi. Mulai dari Mesir Kuno, Sumeria, Mesopotamia, Babilonia, Yunani Kuno, India, Baghdad hingga Nusantara sekalipun, memiliki versinya masing-m...