Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Pendidikan Kok Ya Njelimet

Gambar
Pendidikan itu mendewasakan, memanusiakan, dan mencerdaskan. Itu konsepsi awal dan teori pokok yang menjadi garis besar arah keberlangsungan pendidikan di Indonesia oleh pihak negara. Tetapi, nyatanya, pendidikan itu ruwet. Ranah administrasinya berbelit mulai dari RPP, Silabus, Prosem, Prota, dan lain-lain. Semua terkomando dalam kreasi yang njelimet. Untuk membuat satu mata pelajaran yang akan diselenggarakan, guru membatasi murid dengan membuat RPP, Silabus, Prosem, dan Prota. Pembatasan yang sepihak itu membuat kenjlemitan pendidikan menjadi tak terkira. Sehingga patut dimaklumi, apabila kenjlemitan seorang guru mengakibatkan permintaan kenaikan tunjangan di setiap tahunnya. Dan saya kira itu bukan untuk peningkatan kualitas pendidikan belaka. Namun melibatkan pula jerih payah guru dalam mengurus administrasi pendidikan yang rumit. Alhasil, guru terkonsen pada pendidikan tekstual melalui pembentukan rancangan pembelajaran tersebut. Adapun pengembangan, memang bisa dilaksanakan k...

Temanku Bercadar dan Sebab-Sebab Kita Pekewuh Kepadanya (3)

Gambar
"Mbak Rohana kira-kira marah nggak ya, ajakannya kita acuhkan? Kita nggak ikut dia ke masjid". Cetus Surip memecah suasana. Yang lain tetap bergumam. Nggak berani berkomentar. Saya ngudud sambil mengasisteni Menantu Bu Dukuh memasak, Bambang sibuk dengan berasnya, Wikan serius mengajari Kacung mengiris brambang,   sedang Acep dan Fika masih terus berdebat membuat irisan tempe dan tahu yang proporsional. "Horizontal ajaloh, biar banyak." "Jangan, ntar mengubah rasa, mending segitiga". Surip yang geli menyahut perdebatan dua orang itu, "R1 dan R2 aja sekalian!". "Ndasmu!! mbok piker stik ps!". Gertakku. Semua tertawa, tak terkecuali cucu Bu Dukuh yang masih ngempong. "Lah mbok nggak usah ribut soal itu, pertanyaanku tadi loh dijawab tah". Timpal Surip dengan ekspresi kemarahan yang meluap-luap. Mendadak suara tawa itu lenyap, mengudara bersama oseng-oseng Menantu Bu Dukuh yang selalu didom...

Temanku Bercadar dan Sebab-Sebab Kita Pekewuh Kepadanya (2)

Gambar
Mbak Rohana memang terlihat lebih ngalim di antara kita. Ia ga pernah absen berjamaah ke masjid, kecuali dalam kondisi uzur, ia tetap ke masjid belakangan dan duduk di serambi sebab ia pengin mengikuti pengajian bakda salat. Jujur ia yang paling gercep dalam penggalian dana. Sering bolak-balik Yk-Gk dan sebaliknya. Yang dihasilkan pun alhamdulillah nggak begitu mengecewakan. Ada buku-buku, alat kebersihan, dan sejumlah uang. Bahkan ia sempat membela ketika teman perempuannya, dirasa oleh kawan-kawan, condong lebih merugikan daripada menguntungkan kondisi kelompok. Ikhtiar pembelaan itu membuatnya menangis tersedu-sedan. Saya melihat dengan mata kepala sendiri mata air tangisannya. Soal sosialiasi dengan lingkungan, ia tidak begitu mengecewakan. Meski dengan pakaian yang menurut hemat saya begitu ribet, ternyata dia paling handa dalam bermain voli. Olahraga lapangan itu ia kuasai dengan baik, teknik, trik, dan fisiknya pun mempuni. Tapi entah, beberapa kehebatan ...

Temanku Bercadar dan Sebab-Sebab Kita Pekewuh Kepadanya (1)

Gambar
Muslimah Eropa Sore semakin gelap. Anak-anak yang mulanya bermain bola di lapangan, setelah mendengar suara tarhim dari speaker masjid, lantas bergegas pergi ke masjid, menenteng peci sembari sarung dipasang menyeka bilah dadanya. Dari rumah juga nampak Ibu dan Pak Dukuh berjalan ke arah yang sama. Sedang kita sekelompok, berdelapan masih sibuk hendak menyiapkan sajian makan malam. Kesibukan membuat kita kesulitan membagi waktu untuk memasak. Ditambah sekelompok didominasi kelamin laki-laki. Alhasil, berulang kali terpaksa kita rido dianggap nggak punya malu di hadapan menantu Pak Dukuh, seban dia ikut membantu memasak dan bahkan memasakkan kita. Kecuali Mbak Rohana, ia berjalan setapak mengikuti Ibu dan Pak Dukuh, setelah malu-malu mengajak kita--teman-teman sekelompoknya--untuk lekas berjamaah Magrib di masjid. "Mbak, Mas, ke masjid dulu yuk!". Kita serasi menyahut dengan anggukan dan dengan suara berat menjawab, "Iya, Mbak. Sebentar ya...

Penulis Itu Pembaca Yang Baik

Gambar
Anggapan jikalau pengin bisa menulis adalah dengan banyak-banyak membaca nampaknya belum bisa diterima. Bahkan bisa mendekati kurang tepat. Mungkin, ketika Anda melihat orang yang ke mana-mana membawa buku, semisal di perpustakaan bawa buku, di warung kopi bawa buku, di halte bus baca buku, di stasiun dan di dalam kereta api baca buku, dan bahkan di toilet sekalipun misalnya, pasti Anda akan beranggapan bahwa orang tersebut akan lanyah dan enak saja jika disuruh untuk menulis. Sebab pustaka katanya telah banyak. Ia telah kenyang akan kosakata-kosakata, gaya bahasa, ide, dan imajinasi tinggi soal intrepetasi terhadap suatu hal. Tapi itu hanya anggapan dan omongan para motivator belaka. Yang sesumbar akan dirinya yang bisa menulis dan menghasilkan banyak karya, ya maaf, meskipun tidak begitu menarik dan muatan manfaatnya kurang lebih biasa-biasa saja. Tapi parahnya hal itu sudah maklum. Maklum orang membuat karya yang biasa-biasa saja. Dan penikmatnya pun para kalangan mah...