Islam Saya
Pergulatan keberagamaan di Indonesia dewasa ini sungguh riskan. Keompongan persatuan di ambang gading yang mulai retak. Rasa kebersamaan tercoreng nilainya oleh arogansi teroris dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tak perlu ambil pusing ternyata. Sebab pendahulu kita telah lama punya arguman teologis pun sosiologis ihwal menanggapi chaos beragama kita. Mencuat dalam berbagai pertemuan—entah itu pertemuan berskala nasional maupun internasional—sebuah suara keprihatinan. Keprihatian terus-menerus disuarakan dalam kampanye perdamaian oleh kalangan mainstream moderat seperti NU dan Muhammadiyah. Sebut saja Nahdlatul Ulama, yang berlandaskan ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA). Dalam doktrin internal-keagamaannya, NU mempatenkan dirinya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan ( diniyah wal ijtima’iyyah ). Pula ihwal yang tidak luput dari doktrin ormas itu adalah nilai-nilai persaudaraanya. Dalam kaleidoskop NU sendiri, ada sebuah trilogi persaudaraan yang oleh KH. Ahm...