DIKAU
Perpisahan dan Beberapa Alasan Anda Menolak Sabar,
Setelah lama tak bertemu orang terkasih, luapan emosi cinta, dengan sadar akan terurai, berbentuk ekspresi kegirangan. Rasa gemuruh bercampur sedih serta sumringah, menjadi pewarta raut wajah. Yang tampak dalam wajah kita merupakan bagian perwujudan dari hati yang perasa. Wajah kita adalah aib kita. Ketika kita kebingungan, sakit, sedih, galau, bahagia, lesuh, lemas, mengantuk, dan masih banyak lainnya, akan mudah kita ketahui dari raut wajah masing-masing dari kita. Sebab meski yang dicubit paha, ekspresi kesakitan malah terlihat di raut wajah kita. Jadi, saya tegaskan, wajah adalah representasi dirasakan oleh kita.
Tak jarang, wajah itu, saat bersapa, mengantarkan orang yang kita rindukan untuk turut serta hanyut dalam luapan emosi tersebut. Kita, akan sama-sama merasakan rasa yang jarang sekali dirasakan oleh banyak orang. Rasa yang tiba-tiba nampak, rasa yang mulanya hanya slilit semata, tapi jika slilit itu lama tidak dibersihkan, toh, rasa sakit saja yang terasa. Rasa kurang nyaman.
Sebab rindu adalah dalil kecintaan kita. Dengan rindu, kita akan mengerti bagaimana rasanya dicintai juga mencintai. Kedahsyatan rindu, jangan kau anggap remeh. Kita ingat kisah Qais dan Laila, yang sama-sama saling merindukan satu sama lain. Meski cinta mereka tak tersampaikan sebab dihijab oleh restu. Restu yang berjalan tak sesuai dengan kehendak mereka. Berkali-kali, untuk mengobati rasa rindunya, Qais berjalan mondar-mandir di depan rumah Laila. Tapi tetap saja, tembok besar menjadi penghalang bertemunya mereka berdua. Dan kerinduan itu berhenti di depan rumah Laila. Demikian itu berkali-kali. Qais tiap pagi, pasti berjalan melewati rumah Laila dan memanggil-manggil Laila, tapi usaha itu tanpa hasil. Qais dikatakan sebagai gila, sebab terus saja mendendangkan puisi-puisi kerinduan di depan rumah Laila. Begitupun dengan Laila, yang berdiam di kamar, terkurung, oleh restu yang tak diridoi.
Sedikit saya mengabari, hanya mereka yang serius berindu-ria, yang sanggup mengekspresikan luapan emosi rindu. Hanya mereka yang berniat merindu, yang merugikan arti sebuah perpisahan. Hanya mereka yang bercita-cita merindu, yang tak inginkan kegagalan dalam pertemuan. Hanya mereka yang bersikap merindu, yang melalaikan segalanya, hingga terfokus pada satu tujuan yaitu merindukan. Saya merindukan seseorang, dengan kondisi apapun, saya akan menemui orang yang saya rindukan itu, dengan atau tanpa alasan. Sebab rindu tak perlu diperjelas, kenapa kerinduan itu muncul? Itu jawaban yang tak ada jawabnya. Hanya mereka yang benar-benar perindu yang sanggup menyimpan rahasia kerinduan itu. Bahkan boleh jadi, rasa sabar pun akan anda tolak, jika rindu itu telah hanyut dalam hati Anda. Jika rindu itu menggelora bersama diri anda dalam kemelut yang tak bisa dipisahkan. Yakni rindu dan cinta.
Sebab itu, anda dan saya, tidak bisa menjawab, kenapa mampir untuk menemui. Kenapa hadir untuk mengisi. Selepas itu, aku ingin sandarkan kepalaku padamu. Kuingin kau mendekat, merasakan perasaan yang kurasakan. Lalu kita saling bernyanyi memainkan “elegi esok pagi”.
“ijinkanlah ku kecup keningmu, bukan hanya ada di dalam angan. Esok pagi, kau buka jendela, kan kau dapati seikat kembang merah.
Engkau tahu aku mulai bosan, bercumbu dengan bayang-bayang. Bantulah aku temukan diri, menyambut pagi membuang sepi.
Ijinkanlah aku kenang, sejenak perjalanan. Dan biarkan ku mengerti apa yang tersimpan di matamu.
Ijinkanlah aku rindu, pada hitam rambutmu, dan biarkan ku bernyanyi demi hati yang risau ini.
Barangkali di tengah telaga, ada tersisa butiran cinta. Dan semoga kerinduan ini, bukan jadi mimpi di atas mimpi.”
Setelah lama tak bertemu orang terkasih, luapan emosi cinta, dengan sadar akan terurai, berbentuk ekspresi kegirangan. Rasa gemuruh bercampur sedih serta sumringah, menjadi pewarta raut wajah. Yang tampak dalam wajah kita merupakan bagian perwujudan dari hati yang perasa. Wajah kita adalah aib kita. Ketika kita kebingungan, sakit, sedih, galau, bahagia, lesuh, lemas, mengantuk, dan masih banyak lainnya, akan mudah kita ketahui dari raut wajah masing-masing dari kita. Sebab meski yang dicubit paha, ekspresi kesakitan malah terlihat di raut wajah kita. Jadi, saya tegaskan, wajah adalah representasi dirasakan oleh kita.
Tak jarang, wajah itu, saat bersapa, mengantarkan orang yang kita rindukan untuk turut serta hanyut dalam luapan emosi tersebut. Kita, akan sama-sama merasakan rasa yang jarang sekali dirasakan oleh banyak orang. Rasa yang tiba-tiba nampak, rasa yang mulanya hanya slilit semata, tapi jika slilit itu lama tidak dibersihkan, toh, rasa sakit saja yang terasa. Rasa kurang nyaman.
Sebab rindu adalah dalil kecintaan kita. Dengan rindu, kita akan mengerti bagaimana rasanya dicintai juga mencintai. Kedahsyatan rindu, jangan kau anggap remeh. Kita ingat kisah Qais dan Laila, yang sama-sama saling merindukan satu sama lain. Meski cinta mereka tak tersampaikan sebab dihijab oleh restu. Restu yang berjalan tak sesuai dengan kehendak mereka. Berkali-kali, untuk mengobati rasa rindunya, Qais berjalan mondar-mandir di depan rumah Laila. Tapi tetap saja, tembok besar menjadi penghalang bertemunya mereka berdua. Dan kerinduan itu berhenti di depan rumah Laila. Demikian itu berkali-kali. Qais tiap pagi, pasti berjalan melewati rumah Laila dan memanggil-manggil Laila, tapi usaha itu tanpa hasil. Qais dikatakan sebagai gila, sebab terus saja mendendangkan puisi-puisi kerinduan di depan rumah Laila. Begitupun dengan Laila, yang berdiam di kamar, terkurung, oleh restu yang tak diridoi.
Sedikit saya mengabari, hanya mereka yang serius berindu-ria, yang sanggup mengekspresikan luapan emosi rindu. Hanya mereka yang berniat merindu, yang merugikan arti sebuah perpisahan. Hanya mereka yang bercita-cita merindu, yang tak inginkan kegagalan dalam pertemuan. Hanya mereka yang bersikap merindu, yang melalaikan segalanya, hingga terfokus pada satu tujuan yaitu merindukan. Saya merindukan seseorang, dengan kondisi apapun, saya akan menemui orang yang saya rindukan itu, dengan atau tanpa alasan. Sebab rindu tak perlu diperjelas, kenapa kerinduan itu muncul? Itu jawaban yang tak ada jawabnya. Hanya mereka yang benar-benar perindu yang sanggup menyimpan rahasia kerinduan itu. Bahkan boleh jadi, rasa sabar pun akan anda tolak, jika rindu itu telah hanyut dalam hati Anda. Jika rindu itu menggelora bersama diri anda dalam kemelut yang tak bisa dipisahkan. Yakni rindu dan cinta.
Sebab itu, anda dan saya, tidak bisa menjawab, kenapa mampir untuk menemui. Kenapa hadir untuk mengisi. Selepas itu, aku ingin sandarkan kepalaku padamu. Kuingin kau mendekat, merasakan perasaan yang kurasakan. Lalu kita saling bernyanyi memainkan “elegi esok pagi”.
“ijinkanlah ku kecup keningmu, bukan hanya ada di dalam angan. Esok pagi, kau buka jendela, kan kau dapati seikat kembang merah.
Engkau tahu aku mulai bosan, bercumbu dengan bayang-bayang. Bantulah aku temukan diri, menyambut pagi membuang sepi.
Ijinkanlah aku kenang, sejenak perjalanan. Dan biarkan ku mengerti apa yang tersimpan di matamu.
Ijinkanlah aku rindu, pada hitam rambutmu, dan biarkan ku bernyanyi demi hati yang risau ini.
Barangkali di tengah telaga, ada tersisa butiran cinta. Dan semoga kerinduan ini, bukan jadi mimpi di atas mimpi.”
Komentar
Posting Komentar