Dzikir Saman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik
Sumber :
Setelah selesai ibadah jamaah salat sunnah tarawih,
kurang lebih jam delapan lebih seperempat, area lingkungan sudah dijejali
sedikit demi sedikit oleh beberapa orang yang ingin mengikuti kegiatan Dzikir
Saman. Terlihat banyak Kyai, Ustadz, Santri, Alumni, Tokoh Masyarakat di
sekitar kecamatan Bungah, juga para masyarakat desa Bungah dan dzurriyah tentunya, yang mulai
beramai-ramai ikut menyemarakkan agenda tahunan Pesantren Qomaruddin tersebut.
Sementara itu, sambil menunggu para undangan datang,
panitia sibuk dengan membagikan secangkir kopi dan teh kepada para hadirin yang
telah datang. Masing-masing mendapat segelas. Pembagian minuman kopi dan teh
ini, dimaksudkan supaya para hadirin sanggup mengikuti kegiatan dzikir saman
secara tenang, khusyuk, sebab tidak terganggu dengan rasa ngantuk.
Setelah hampir setengah jam menunggu, sekitar pukul 8.45
WIB, acara dimulai. Pembukaan, pembacaan Fatihah, dilanjut sambutan-sambutan,
lepas itu masuklah pada acara inti, yaitu Dzikir Saman.
Sambutan yang dipasrahkan kepada pemangku pesantren,
yakni KH. M. Iklil Sholih, beliau selain mengucapkan ucapan maaf dan terima
kasih, pun juga menyelipkan sedikit manaqib
Dzikir Saman sebagai bahan klarifikasi. Sebab tak jarang, banyak yang masih
mempertanyakan secara historis ihwal dzikir saman itu sendiri. Tapi itu
langsung terjawab tatkala mendengarkan sambutan dari KH. M. Iklil Sholih,
beliau mencoba menyingkap secara sederhana tentang data historis yang dia dapat
secara tutur-tinutur, bahwasannya,
“Dzikir Saman
identik dengan Tarekat Samaniyah, tapi beberapa tarekat lain seperti
Naqsabandiyyah, Syadiziliyyah, Qodiriyyah, juga terdapat Dzikir saman. Sebagai
sebuah amalan Sufi, khazanah yang dipertontonkan pun tidaklah remeh, mereka
kaya akan khazanah, bukan berarti Sufi itu identik dengan Khalwat dan Goa tapi
mereka juga hidup dalam segala aspek kehidupan, bathin maupun dhohir. Bentuk
dari Dzikir Saman itu sendiri tidak monoton pada pembacaan tahmid, tasbih,
tahlil, ada pula yang diiringi dengan tarian, dentuman musik, juga bebapa
nasyid/qoshoid. Sanad dzikir ini, sampai pada Syaikh Abdul Qodir Jailani.”
Lebih dari itu, beliau juga menekankan pentingnya Dzikir,
dengan pemusatan hati yang tenang sebagai barometer keberhasilannya. Dengan
menyitir ayat al-Qur;an yang berbunyi, Alladzina
aamanuu wa tathmainnul quluub alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub. Beliau
membeberkan dengan memberi mukaddimah
ihwal berdzikir yang sesuai anjuran agama, sebelum nanti masuk pada praktek
Dzikir Saman. Semacam panduan dalam berdzikir, KH. M. Iklil Sholih dalam
sambutannya.
Sementara itu, dari sumber lain, penulis mendapati jika
awal diadakannya acara tahunan dzikir saman ini dimulai sejak pemangku
pondoknya KH. Moh. Sholih Tsani, Sekitar tahun ????. Beliau pernah berguru pada
Syaikhona Kholil Bangkalan, dan kebetulan, mendapat ijazah Dzikir Saman ini
dari beliau.
Setelah sambutan usai, dzikir pun dimulai. Dzikir
dipimpin oleh kakak dari KH. M. Iklil Sholih, yaitu KH. Abdul Kholik Sholih. Runtutan
secara sederhana, pembacaan Dzikir Saman terdiri dari tahlil, ketika sampai
pada lafadh Laa ilaha Illa Allah, baru terasa bedanya. Bacaannya yang menjadi
pembeda. Sebab ditambahi bacaan Allah
Hayy—Allah Hayy, Hu A—Hu A, Hu Qoyyum—Hu Qoyyum, Hu—Hu, dan masih banyak lagi,
yang penulis susah ingat, sebab hampir sama satu sama lain. Lagi-lagi,
pelafadhannya pun tidak sembarangan, harus kompak, sesuai dinamika, biar enak
didengar dan mudah diberi tambahan nasyid. Demikian berjalan sampai bacaan yang
diwajibkan telah usai. Sehingga menginjak jam sepuluh malam, Dzikir selesai.
Lalu ditutup dengan do’a.
Sebagai penutup para hadirin disuguhi oleh panitia sebuah
ambeng (makanan yang ditaruh di
nampan besar, yang bisa buat makan bareng-bareng, ramai-ramai) di setiap ambeng, maksimal berisi tujuh orang.
Serapi mungkin barisan itu ditata, dan terlihat srawung masing-masing penghuni
ambeng tersebut. Sungguh sebuah tradisi yang indah. Wa ba’du, sambil makan,
masing-masing hadirin menemui di sampingnya sebuah berkat yang telah dibagi oleh panitia secara merata.
Peristiwa Dzikir Saman yang telah penulis ceritakan
sedikit di atas, merupakan sebuah tradisi di setiap malam 29 Ramadhan, di
Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik.
Komentar
Posting Komentar