Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Pancasila, 'Kaifa Hal'?

Gambar
KeTuhanan Yang Maha Esa merupakan bunyi butir sila pertama dalam Pancasila. Sila pertama ini mengisyaratkan kehidupan masyarakat Indonesia yang tidak pernah lepas dari keyakinan dalam ber-Tuhan (tauhid) dalam menjalani kehidupan. Keyakinan ini yang kemudian melahirkan asas kebersamaan dalam menjalani kehidupan bernegara melalui representasi ajaran Tuhan. Dengan ajaran Tuhan, untuk mencari nilai universal dalam kehidupan bermasyarakat itu akan lebih mudah. Asas kebersamaan menjadi urgensitas dalam menjalani kehidupan di Indonesia. Indonesia yang terdiri dari banyak ras, suku, adat, dan bahasa akan menjadi baik jika masyarakatnya memiliki keyakinan kepada Tuhan. Keyakinan ini membangun sikap untuk tidak mudah goyah dalam guncangan. Dalam gertakan bangsa barat. Sayangnya, falsafah bangsa yang sudah lama ada itu, sama sekali kurang disentuh oleh masyarakat Indonesia dalam hal beragama. Masih banyak konflik yang mengatasnamakan agama di sana-sini. Agama hanya dijadikan “kambinghit...

Musuh Abadi

Gambar
Entah hal ini diwarisi oleh Qabil dan Habil atau fitrah manusia itu sendiri. Jika peristiwa sejarah Qabil dan Habil, berarti dorongan dari luar yang berperan. Sedangkan jika memang itu fitrah manusia, ya personal manusia sendiri yang berperan. Kedua hal tersebut, menjadi akar permusuhan di semesta ini. Permusuhan selalu ada dan sulit ditiadakan. Permusuhan, serasa membelenggu dalam diri manusia. Selazimnya belenggu, manusia merasa mempunyai musuh di setiap tindak-tanduk nya. Belenggu permusuhan bersarang dalam diri manusia, terlepas dari faktor luar yang mempengaruhinya, manusia memiliki nafsu untuk menuai benih permusuhan, kemudian ditanam, disiram, dirawat dengan rutin dipupuk, suburlah dia. Permusuhan dalam pemahaman teks di atas mempunyai dua definisi, yakni permusuhan lahir dari koreksi rahim sejarah peradaban dan koreksi rahim sejarah kepribadian. Kefitrahan.   Definisi dari rahim sejarah peradaban itu berasal dari peristiwa sengit yang diulang-ulang. Peristiwa te...

Sosiologi Bis Kota

Gambar
Ketika perjalanan dari Yogya ke Gresik, perlu tiga kali oper bis untuk sampai. Mulai dari bis antar provinsi, sampai bis antar desa. Sekiranya tidak tiga kali   oper, mungkin gak bakalan sampai ke tempat tujuan. Selama tiga kali oper, butuh berkali-kali untuk meyakinkan diri. Sebab perjalanan yang saya tempuh tidak sebentar, hampir separuh hari. Belum nge- tem ­-nya sopir, belum menunggu penuh penumpang. Dan belum-belum yang lainnya. Bisa dibayangkan, lelahnya boyok [1] saya. Begitulah sistem transportasi kita dilahirkan—entah siapa yang membidani, yang jelas rute transportasi kita merupakan warisan dari bangsa kolonial. Kolonial menerapkan sistem kerja pakasaan, Romusa. Pekerja dipaksa kerja siang-malam untuk menyelesaikan proyek jalan Anyer-Panarukan, atau kita mengenalnya jalan Deandles yang ditandai pohon asam di samping kanan dan kirinya. Para pekerja seperti dikerangkai, istirahat makan dan minum dibatasi. Tidur dan bernafas dibatasi. Bahkan mungkin buang air kecil dan ...

Sakralitas Khadam dan Korupsi

Gambar
Ahmad Afrizal Qosim             Anggota tubuh kita memiliki batas. Keterbatasan ini adalah bukti bahwa kita manusia, karena manusia merupakan tempat salah dan lupa.             Selain itu, bukti lain yang membedakan manusia dengan makhluk hidup yang lain adalah tentang adanya akal. Manusia dikatakan ada, karena memiliki akal. Eksistensi manusia, bersumber di akal. Bahkan bisa dikatakan akal menjadi pokok utama pembentuk kebudayaan. Berakar dari definisi budaya itu sendiri, yang merupakan hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Ketiga perkara tersebut difamiliarkan dengan sebutan “sistem gagasan”. Adanya Ada yang Diada-adakan             Sebuah sistem ada karena ada penciptanya, yakni manusia. Manusia ada karena ada penciptanya, yakni Tuhan. Sejatinya, semmua yang ada di bumi ini berhukum kausalitas. Ada karen...

Islam dan Spirit Kebangsaan

Gambar
Ahmad AfrizalQosi m             Semenjak peristiwa pengeboman gedung WTC, New York, Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang lalu, yang dilakukan oleh komplotan teroris yang diatasnamakan dari golongan Islam, menjadikan gejolak konfliktual baru dalam kehidupan beragama di Amerika Serikat. Bahkan juga dunia. Selain itu,  peristiwa tersebut juga menjadikan munculnya beberapa aliran transnasional dengan basis Islam sebagai gerakannya mencoba melantunkan konsep “Negara Islam” dengan nyaringnya di penjuru dunia.             Meskipun isu terorisme bukanlah hal baru, namun terhadap paham itu, tetaplah tuntutan untuk waspada selalu ditumbuhkan dalam diri masing-masing umat beragama. Terutama Islam, sebagai agama yang kerap kali dinisbahkan terhadap paham tersebut.             Secara sosiologis, gejala konfliktual ...