Postingan

Mendaras KH. Sahal Mahfudz

Gambar
Oleh: Ahmad Afrizal Qosim Ketika itu saya masih duduk di kelas 10 Madrasah Aliyah Ass’adah Sampurnan Bungah Gresik. Sejauh itu, belum pernah sama sekali mengenyam pendidikan di Pesantren. Meskipun pernah ikut pengajian Diniyah tiap malam di Pondok Pesantren Qomaruddin yang tidak jauh dari rumah—dan alhamdulillah sampai kelas akhir di tahun 2014. Tapi, kurasa itu kurang cukup, lalu hasrat untuk nyantri dengan sungguh pun terkabul. Tepatnya di tahun 2011, waktu duduk di kelas 10 MA tadi, di bulan puasa kan banyak pesantren-pesantren di Jawa yang membuat program pasanan atau Pesantren Kilat. Keinginan saya pun tersarang di Pesantrennya Kyai Sahal Mahfudz, di Kajen, Pati. Pada saat itu, Kyai Sahal masih memegang jabatan sebagai Rais Aam PBNU. Kita tahu, pesantren kilat hanya program setengah bulanan. Kalaupun penuh satu bulan, itu bonus dari panitia. Tapi yang saya tahu hanya setengah bulan. Dari waktu setengah bulan itu, saya pusatkan pengajian saya pada Kyai Sahal Mahfudz. De...

Budaya Damai dan Revolusi Mental ala Santri

Gambar
Oleh: Afrizal Qosim Sholeh* Persoalan serius masyarakat Indonesia saat ini, tidak jauh dari unsur mental-moralitas. Dimas Kanjeng, Ahok, Kemiskinan, Kriminalitas, Resistensi Keberagamaan, adalah hal yang menyinggung mental-moralitas kita. Moralitas dibenturkan dengan zaman yang kian kaku ( tidak manusiawi ) sebab globalisasi dan modernisasi. Kelelahan kita dalam integritas solidaritas umat nampak nyata terlihat. Menyerah sebelum bertanding , mental moralitas kita berhenti di sana, atau dengan kata lain masyarakat Indonesia dewasa ini menjadi masyarakat yang oleh Amin Abdullah (2016) disebut sebagai Masyarakat Krisis”, dalam bentuk apapun dan kondisi apapun. Mengingat urgensi moralitas, Pesantren sebagai institusi pendidikan, mengkader Santri untuk bersikap terbuka, luwes, dan berpandangan luas. Moralitas, sangat dihargai di sana, bahkan jika ada yang melanggar, dikenai hukuman ( ta’zir ). Moralitas baru, sebagai awal konstruksi moral yang teguh dan kokoh akan perubahan zaman,...

Islam Saya

Pergulatan keberagamaan di Indonesia dewasa ini sungguh riskan. Keompongan persatuan di ambang gading yang mulai retak. Rasa kebersamaan tercoreng nilainya oleh arogansi teroris dan kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tak perlu ambil pusing ternyata. Sebab pendahulu kita telah lama punya arguman teologis pun sosiologis ihwal menanggapi chaos beragama kita. Mencuat dalam berbagai pertemuan—entah itu pertemuan berskala nasional maupun internasional—sebuah suara keprihatinan. Keprihatian terus-menerus disuarakan dalam kampanye perdamaian oleh kalangan mainstream moderat seperti NU dan Muhammadiyah. Sebut saja Nahdlatul Ulama, yang berlandaskan ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah (ASWAJA). Dalam doktrin internal-keagamaannya, NU mempatenkan dirinya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan ( diniyah wal ijtima’iyyah ). Pula ihwal yang tidak luput dari doktrin ormas itu adalah nilai-nilai persaudaraanya. Dalam kaleidoskop NU sendiri, ada sebuah trilogi persaudaraan yang oleh KH. Ahm...

Pesantren Berpuisi dan Wajah Sastra Pesantren Nusantara

Gambar
Matahari belum nampak, hanya seberkas mega kuning yang terpancar dari ufuk timur, membelakangi Masjid, tatkala Pak Kyai mengakhiri riwayat dzikir Shubuhnya. Seperti biasa, sebagai penutup dzikir, dua ayat akhir dari Surat at-Taubah menjadi lantunan yang tak bisa tidak dilafadkan oleh Pak Kyai. Selalu itu. Istiqomah. Para makmum jamaah, yang terdiri dari santri dan masyarakat sekitar, masih setia menunggu sampai Pak Kyai selesai berdzikir. Sikap menunggu itu, dilakukan hanya untuk ber- mushofahah , mengharap berkah dan barokah. Yang menarik dari moment menunggu itu adalah, tidak sedikit jamaah yang masih terkantuk-kantuk. Meski ada dua macam makmum dari dua golongan yang berbeda, yang mendominasi tetaplah para Santri. Santri yang kebanyakan masih akan beranjak dewasa, pada moment itu, nampak mengelipkan berkali-kali kedua matanya, sebab kantuk Shubuh yang demikian kuat menggelayut di kelopak matanya. Tak jarang, kondisi seperti itu, mengundang tawa orang yang melihat ke...