Bridge of Spies (2015)
Dalam kemelut perang dingin, tahun 1957, belahan dunia
Eropa dan Amerika mengalami kondisi yang begitu carut-marut. Pesta ideologis
nampak gamblang terpampang pada nama
besar negara belahan. Seperti Republik Demokrasi Jerman, Jerman
Nasionalis, Amerika Serikat, Republik Sosialis Soviet, dan lain sebagainya.
Sedemikian rumit kemelut yang dihadapi oleh beberapa negara tersebut, membuat
kalangan non-goverment dibuat bingung pun kehilangan dayung. Pasalnya, segala
aspek kehidupan yang menyangkut birokrasi pemerintah, apalagi dalam urusan
hubungan bilateral antar negara, sekejap saja lalu diambil alih oleh negara.
Negara tanpa berpikir panjang, apakah keputusan itu tepat secara universal atau
titipan elit golongan semata, negara acapkali dibikin buta.
Namun lain lagi dengan Donovan, seorang pengacara di
Brooklyn Amerika Serikat, yang mulanya menjadi pengacara asuransi, tatkala
mendapat mandat untuk mengurusi perkara kriminal, dalam profesionalitas
profesi, dia menerima dengan tegas sebuah tantangan tersebut. Saya lihat begitu
kuat jati dirinya, begitu kukuh karakter kepribadiannya. Dia menjalankan amanah
tersebut, dengan keyakinan penuh terhadap jalan yang sudah ditempuhnya selama
ini. Don’t think what other say, but you
must know what you did. And do! ,merupakan sebuah ungkapan yang sarat akan
makna. Kesejatian diri ada dalam ungkapan tersebut. Pesan moril yang teguh pada
pendirian adalah point penting dalam karakter Donovan.
Dalam statemant lain. Donovan menangani kasus seorang
mata-mata Uni Soviet. Kita tahu, dalam kurun tahun tersebut, yakni 1957,
pertarungan ideologi secara tidak sengaja mempertemukan pertentangan peradaban,
alias the clash of civilization.
Benturan peradaban yang berkedok ideologi tersebut, menjadi segmentasi yang
semakina merajalela dalam kehidupan manusia. Mereka, tanpa tersadar,
tersekat-sekat dengan nada politis, ideologis, hingga kepentingan-kepentingan
di luar itu. Kedholiman dalam pertentangan ideologis ini, tanpa disadari juga
menjadi batu sandungan keyakinan manusiawi, humankind, akan terwujud. Sebab
ideologi tadi, the rule of book
masing-masing negara pun berbeda.
Hal tersebut jelas tergambar dalam film ini.
Perbandingannya adalah dalam bidang hukum. Amerika dan Uni Soviet, amerika yang
memulai mengusung demokrasi sebagai ideologi negara, mencoba bersikap adil
dalam perlakuan tindak pidana hukum, mereka begitu memimpikan sebuah kebebasan
sipil dalam prinsip hukumnya. Ya meskipun hanya sebuah label atas ideologi baru
yang mereka usung, demokrasi. Hal inilah
yang dialami oleh Rudolf Abel/Kolonel Abel, yang menjadi tahanan politik
Amerika sebab ditengarai, bahkan sudah jelas, menjadi mata-mata dari Uni
Soviet. Abel, melalui pertimbangan dan kecakapan Donovan dalam menangani sebuah
kasus, kembali menjadi seorang yang merdeka dan berdaulat secara pribadi.
Setelah Donovan mengupayakan sebuah pertukaran tahanan dengan begitu apik.
Rusia mendapatkan kembali Abel yang sudah lanjut usia. Sedangkan Amerika
mendapat dua pemuda yang gagah perkasa, Powers seorang pilot pesawat tempur
yang juga tentara AU Amerika Serikat dan Pryor seorang mahasiswa strata 3
Ekonomi di salah satu Universitas terkemuka di Berlin.
Keyakinan akan jalan takdir yang diterima oleh tiap-tiap
individu menjadikan seorang pengacara di negara bagian Amerika Serikat harum
namanya. Donovan berupaya menjadikan profesinya sebagai jalan atas terbukanya
nilai humanisme dalam diri setiap manusia. But, people is people, ada-ada saja
kendala yang ingin diupayakan betul terselesainya oleh Donovan, ya termasuk
faktor ideologi politik dan negara tadi, yang mensegmentasi manusia secara
kasar dan terkesan menekan.
Meskipun awalnya engkau akan dimaki dengan perlakuanmu
oleh banyak orang, bersabarlah, sebab nanti orang yang menertawakan dan
menyepelaknmu akan tersenyum sembari matanya menangis. Semoga hal itu juga,
yakni inspirasi Donovan pula terjadi pada saya. Amin.
Dan saya sepakat betul dengan pola pikir yang diterapkan
oleh Donovan. Begitu pula dengan alur filmnya. Dengan pemahaman beberapa
ideologi yang sudah saya enyam di bangku perkuliahan maupun buku bacaan, saya
mengiyakannya. Adalah film yang patut diserap oleh kalian para mahasiswa hukum
khususnya, dan semua mahasiswa indonesia pada umumnya.
Krapyak, 13 Februari 2016, 4:14 WIB.
Komentar
Posting Komentar