Berkarya Dalam Gelap

Dalton Trumbo film apik yang mengangkat fenomena industri perfilman Amerika di tahun 1950-an. Jagad film Hollywood, kehebatannya, tidak lagi bisa diragukan oleh penduduk sejagad dunia. Secara garis besar, Hollywood menjadi kiblat perfilman dunia. Yang mana di setiap tahun, industri film Amerika memberikan apresiasi penuh terhadap sutradara, aktor, serta manuskrip naskah film itu sendiri dalam arena penganugerahan Oscar Award.
Trumbo adalah seorang penulis naskah film. Bersama sembilan temannya, dia membentuk aliansi yang disebut sebagai Hollywood Ten. Dimana ke sepuluh orang tersebut, kesemuanya adalah penulis naskah film. Dengan demikian, interaksi di antara screen writer menjadi lebih kuat dan romantik. Hollywood Ten sudah memproduksi beberapa naskah film. Film yang dibuat oleh Hollywood Ten menjadi langganan di Oscar Award, bahkan beberapa ada yang mendapatkan gelar prestisius industri film dunia tersebut. Seperti The Brave One dan Roman Holiday, kedua-duanya adalah hasil karya Dalton Trumbo. Namun, Roman Holiday diatas-namakan Cleo. Yang mana Cleo itu sendiri adalah istri dari Trumbo sendiri.
Perjalanan Trumbo menuju damainya kesuksesan tidaklah mudah. Dalam film tersebut, beberapa kali Trumbo dicekal dan disangkut-pautkan dengan gerakan komunis. Komunis, di era tersebut, mendapat beberapa kecaman dari banyak kalangan di Amerika. Termasuk aktivis Non-Governance yang didalangi oleh Hedda Happer, seorang wanita cerdik, cantik, yang juga aktivis industri perfilman Amerika. Entah dengan dalih apa, dia menggiring Trumbo dalam sebuah jebakan iri. Iri terhadap beberapa karya jenius Trumbo yang seringkali terlabeli sebagai fil Box Office di Amerika. Dengan isu komunis, Hedda dengan mudah menyeret Trumbo ke jeruji besi, bersama dengan kesembilan koleganya dalam Hollywood Ten. Mereka dikenai sanksi tuduhan komunisme. Mendekam di penjara.
Setelah masa tahanan berakhir, Trumbo dengan gigih mengendarai kembali kendaraan hidupnya. Yakni menulis naskah film kembali. Dia hidup dengan tulisan. Menghidupi keluarga dengan tulisan. Namun, akibat dari jeruji besi yang menahannya hampir dua tahun lamanya, namanya sering menjadi bahan olokan sebab masuk dalam daftar hitam. Alhasil, sebagai upaya mengatasi problematika tersebut, Trumbo menginstruksikan pegawai kantornya, yaitu keluarganya sendiri, bahwasannya dia tetap akan menulis! Namun anonim. Artinya, dia meminjam nama orang lain untuk eksistensi karya jeniusnya di industri perfilman Amerika.
Dengan mendatangi door to door beberapa produser film, Trumbo memulai petualangannya sebagai seorang pejuang sejati. Dikejar deadline, itu sudah menjadi lumrah oleh Trumbo sekembalinya dari penjara kemudian memilih jalan untuk terus berkarya sembari mengikis habis blacknote namanya beserta nama-nama temannya.
Tidak berlangsung lama, setelah menemui Mr. King sebagai penerima naskah tetapnya. Trumbo terus saja berjuang dan berjuang. Sampai-sampai dia membuat tempat khusus untuknya dalam berkarya. Seperti ruangan kamar yang didesain sedemikian rupa. Lalu kamar mandi yang didesain sedemikian rupa pula. Sungguh ironi jika melihat orang berkarya terus-terusan. Bahkan di dalam bak kamar mandi pun, dengan sempatnya, dia mengedit naskah, dengan teliti dan penuh kehati-hatian. Di setiap tindakannya dalam menulis maupun dalam ranah diskusi, nyala rokoknya tak pernah padam. Selalu merokok, minum, dan kebiasaan masa-masa akhir saat mengejar deadline adalah meminum sebuah dopping. Sungguh, the really hard work, apa yang dipraktekkan oleh Trumbo.
Tapi, bukan kebahagiaan yang menimpa keluarga Trumbo, tatkala Trumbo hampir mendekati masa berjayanya. Malah kesedihan dan kesuraman keluarga. Seperti yang dimainkan oleh Nikola, anak pertamanya yang berjenis kelamin perempuan. Dia merasa kesal, lantaran dalam acara ulang tahunnya, Trumbo tidak bisa ikut merayakannya. Bahkan semenit pun. Sungguh ironi memang. Dan ketika kekesalannya sudah memuncak, Nikola, mencoba beranjak pergi menemui ayahnya, yang pada saat itu sedang sibuk bekerja mengedit naskah di bak kamar mandi. Nikola membuka jendela lalu terjadi perdebatan sengit di antara keduanya. Ada adu argumentasi dan emosi. Keduanya sama-sama marah. Dan Nikola mengakhirinya dengan tangisan, sedangkan Trumbo dengan kerutan di wajahnya.
Kemudian perselisihan dengan istrinya. Istrinya, Cleo, mengamati sendiri transformasi radikal pada diri Trumbo. Dia lebih berwatak apatis, serta yang parah adalah sistem menindas keluarganya sendiri. Yang mana, istri dan anak-anaknya, masing-masing memegang job description yang berbeda-beda. Dan tak ada hari libur di tahun itu. Mereka sibuk mengedit naskah, mengirimnya sebagai kurir, menerima telepon, menerima tamu, dan masih banyak lagi.
Namun, sebab kedewasaan Trumbo, kehangatan keluarga didapatnya kembali dengan begitu mudahnya. Pendekatan kultural, yakni dengan berdiskusi dua arah, bertatap muka, merupakan wujud kedewasaan Trumbo.
Ala kulli hal, dengan segala upaya dan kesungguhan yang dikerahkan, Trumbo berhasil mendapat Oscar Award terhadap karyanya yang berjudul The Brave One. Meskipun mulanya, film itu masih meminjam nama temannya di Hollywood Ten, tak berlangsung lama, setelah menyelesaikan naskah Spartacus dan Exodus, dan dua produser yang segan memampang nama Trumbo sebagai penulis kedua naskah tersebut. Akhirnya, Trumbo membuka rahasianya, menceritakan segala keluh-kesahnya tatkala masih anonim sebab masuk dalam daftar hitam.
Piala Oscar pun disandangnya, dengan mengutarakan, “kalian tidak tahu, bahwa dalam tubuh piala Oscar tersebut, balutan emasnya, bersimbah darah para sahabat-sahabatku. Sehingga apresiasi tertinggi akan aku sampaikan pada mereka. Engkau kawanku. ”

Trumbo kembali mendapatkan namanya, hidup dengan normal seperti laiaknya penduduk Amerika pada umumnya.      

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dinamika Sejarah, sampai Perkembangan Desa Bungah

Dzikir Saman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

God dan Pakia (Refleksi Antropologis dan Studi Etnologis Film Robinson Crusoe)