Argumentasi Kompas Kampus - Liburan, Lagu, dan Sejarah
Momen liburan,
seringkali menjadi ajang pelampiasan batin mahasiswa untuk mengembalikan kondisi psikologis yang, sebelumnya tertekan sebab tertimpa beban tugas kuliah. Untuk bias berlibur,
seiringkali kita menanti kapan datangnya waktu libur. Padahal, banyak macam
liburan yang bisa dinikmati tanpa menunggu datangnya waktu libur itu sendiri.
Salah satunya, dengan mempelajari sejarah.
Liburan itu ibarat sebuah lagu, yang bisa dinikmati dengan atau tanpa iringan
musik, entah itu sebab suara atau aura yang ditampakkan dari sang penyanyi,
lagu selalu menjadi sebuah hiburan.
Sama halnya dengan mempelajari sejarah di waktu libur. Kita dapat terjun langsung di medan sejarah tanpa terganggu dengan bayang-bayang
tugas kuliah. Sebut saja Yogyakarta, kota
yang dikenal sebagai kota pelajar, kota budaya, kota sejarah dan kota dengan
seribu candi di dalamnya, memberi kesan Yogyakarta sebagai “Mininya Indonesia”.
Kita bias mencari bentuk universal dari Indonesia di sana. Ada semisal bangunan
Candi (Prambanan, Borobudur, Ijo, Sambisari, RatuBoko, Plaosan), Keraton,
Benteng Vredeburg, Kampung Kauman—sebagai pesona perjuangan Islam di
Yogyakarta—dan masih banyak lagi peninggalan sejarah masa silam di sana, yang
kesemuanya bisa kita nikmati dengan tanpa susah payah.
Dengan
demikian, tanpa menunggu momen liburan tertentu, kita bisa berlibur serta
belajar dari sejarah, memahami alur sejarah, menghayati dan mengambil hikmah
sejarah dengan nyaman dan tentunya ilmu, sebagai nilai lebihnya.
*MahasiswaJurusanSosiologi
Agama FakultasUshuluddin UIN SunanKalijaga Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar