Argumentasi Kompas Kampus - Liburan, Lagu, dan Sejarah

Ahmad AfrizalQosim*

Momen liburan, seringkali menjadi ajang pelampiasan batin mahasiswa untuk mengembalikan kondisi psikologis yang, sebelumnya tertekan sebab tertimpa beban tugas kuliah. Untuk bias berlibur, seiringkali kita menanti kapan datangnya waktu libur. Padahal, banyak macam liburan yang bisa dinikmati tanpa menunggu datangnya waktu libur itu sendiri. Salah satunya, dengan mempelajari sejarah.
            Liburan itu ibarat sebuah lagu, yang bisa dinikmati dengan atau tanpa iringan musik, entah itu sebab suara atau aura yang ditampakkan dari sang penyanyi, lagu selalu menjadi sebuah hiburan.
Sama halnya dengan mempelajari sejarah di waktu libur. Kita dapat terjun langsung di medan sejarah tanpa terganggu dengan bayang-bayang tugas kuliah. Sebut saja Yogyakarta, kota yang dikenal sebagai kota pelajar, kota budaya, kota sejarah dan kota dengan seribu candi di dalamnya, memberi kesan Yogyakarta sebagai “Mininya Indonesia”. Kita bias mencari bentuk universal dari Indonesia di sana. Ada semisal bangunan Candi (Prambanan, Borobudur, Ijo, Sambisari, RatuBoko, Plaosan), Keraton, Benteng Vredeburg, Kampung Kauman—sebagai pesona perjuangan Islam di Yogyakarta—dan masih banyak lagi peninggalan sejarah masa silam di sana, yang kesemuanya bisa kita nikmati dengan tanpa susah payah.
Dengan demikian, tanpa menunggu momen liburan tertentu, kita bisa berlibur serta belajar dari sejarah, memahami alur sejarah, menghayati dan mengambil hikmah sejarah dengan nyaman dan tentunya ilmu, sebagai nilai lebihnya. 

*MahasiswaJurusanSosiologi Agama FakultasUshuluddin UIN SunanKalijaga Yogyakarta




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dinamika Sejarah, sampai Perkembangan Desa Bungah

Dzikir Saman di Pondok Pesantren Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik

God dan Pakia (Refleksi Antropologis dan Studi Etnologis Film Robinson Crusoe)