Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Skripsi dan Godaan Nikmat Kawula Muda

Gambar
Oleh : Afrizal Qosim Sholeh* Mimpi menjadi Mahasiswa, ketika menginjak kelas akhir Sekolah Menengah Atas, adalah hal yang maju. Segera direlakan beberapa waktu luangnya untuk belajar, bimbingan, sekedar supaya sanggup menyelesaikan soal-soal masuk Perguruan Tinggi, yang berlabel negeri, atawa favorit. Atau kalau tidak mau susah, tinggal kontak orang, kasih jimpitan berapa sepantasnya—kalau bisa di atas rata-rata orang memberi—lantas, namamu akan tertera pula dalam deretan calon mahasiswa kampus ini dan itu. Bukan lagi menjadi rahasia umum kan? Terus ga perlu ikut perkuliahan. Nanti tugas, laporan dan skripsi sudah ada dan tahu-tahu posting foto wisuda di akun medsosnya.    Diterima dan masuk ke Perguruan Tinggi merupakan sebuah prestasi yang menggemparkan, kegembiraan pun berimbas kepada orang tua. Setiap pagi, setelah membeli barang di pasar yang akan langgeng menjadi bahan obrolan, salah satunya ya mengenai kuliah alias menjadi mahasiswa. Misal ibu-ibu itu ...

Ngilmu Kalijaga; Kolaborasi Sholawat Hadrah dan Emprak

Gambar
Foto : deskgram.org          Malam yang lumayan dingin. Berkalut mendung dan semilir angin yang mondar-mandir. Meramaikan suguhan apik di panggung utama Festival Sunan Kalijaga. Lapangan utama yang terbuka itu, menjadi tempat terindah bagi mereka para penikmat cultural heritage Kanjeng Sunan Kalijaga. Para penikmat itu duduk bersila seraya melihat pagelaran musik Jawa dengan Arab yang berbalut selimut tradisi keislaman Nusantara.  Adalah kolaborasi pementasan Sholawat Hadrah dengan Sholawat Emprak, pada 14 April 2017 di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, yang  yang dinikmati oleh sekian banyak penonton yang, ternyata juga telah menjadi fenomena lumrah sekaligus menggugah. Berangkat dari signifikansi kebudayaan dalam realitas umat beragama di Indonesia, dengan mengakuisisi elementer kebudayaan dari manapun, sebab itu jangan mengherankan ihwal kegumunan masyarakat Jawa dengan dinamika perubahan zaman, bisa dikatakan hampir tidak ada. S...

Orientasi Desa Budaya Berbasis Permainan dan Kesenian Tradisional

Gambar
Foto : antiketomber.clear.id           Desa sebagai lingkungan bagi hunian masyarakat, memiliki kedigdayaan yang tak terkira dalam proses pembangunan karakter warganya. Nomenklatur desa yang bercirikan homogenitas, kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan dalam berprilaku berimplikasi kepada konsep hidup masyarakat desa yang bercirikan pandang kebahagiaan kolektif. Misal ada hajatan Kenduri, masing-masing keluarga akan dengan semangat membantu untuk mensukseskan acara kenduri itu. Entah itu menyumbang secara materiil, non materiil. Segalanya terstruktur dalam gerak timbal balik atas kebahagiaan bersama. Dinamika hidup yang dimiliki Desa, lebih menitik-beratkan pada nilai-nilai. Keagungan nilai yang diembang oleh Desa, dilandasi oleh keprihatinan keluarga satu dengan yang lain. Misal orang tua yang tidak jarang melarang anaknya bermain dengan anak dari orang tua si Anu, orang tua si Pulan, dan seterusnya. Cara pandang kebudayaan yang sempit itulah, men...